Untuk Netizen Bersumbu Pendek!
Kabar duka tengah melanda
dunia sepak bola. Adalah rekrutan anyar Cardiff City, Emiliano Sala (28 tahun),
yang baru saja menandatangi kontrak dengan nilai transfer termahal bagi Cardiff
City, diduga mengalami kecelakaan pesawat. Pasalnya usai menandatangani
kontrak, Sala bergegas kembali ke Nantes (klub lamanya) untuk berpisah dengan
rekan-rekan satu timnya.
Na’as, pesawat yang
ditumpanginya menghilang dari radar satu jam setelah lepas landas. Pesawat
sempat gagal take off sebanyak empat kali, lalu berhasil pada percobaan kelima.
Kini pesawatnya belum bisa dideteksi. Proses pencarian masih dilakukan meski
ada kendala berupa cuaca ekstrem.
Dilansir dari akun
instagram @kepoball, sebelum menghilang dari radar, sang pemain sempat mengirim
pesan suara kepada keluarganya sebagaimana yang tertera dalam gambar berikut:
![]() |
instagram.com/kepoball |
Ada dua hal yang saya
rasakan setelah melihat postingan tersebut; (1) rasa berbela sungkawa dengan
musibah yang menimpa sang pemain (2) bertanya-tanya mengapa bisa mengaktifkan
ponsel ketika sedang berada di pesawat. Akhirnya saya pun ikut berkomentar
dengan intisari dua poin di atas.
Banyak netizen yang
menjawab dengan penuh edukasi. Menjelaskan suatu hal yang sebelumnya memang
saya tidak ketahui. Netizen A menjawab bahwa pesawat yang digunakan merupakan
pesawat pribadi milik Cardiff City, dan “biasanya kalau pesawat pribadi ada
wifinya, mas” sambung netizen yang lain. Ada pula netizen yang berpendapat
siapa tahu Emiliano Salo mencoba mengirim pesan untuk pesan darurat ini karena
dia sadar kemungkinan akan jatuh.
Sedangkan netizen B
berpendapat bahwa pesawat yang digunakan adalah PA 46 Malibu (entah ini pesawat
jenis apa, saye tak tahu) yang dimana digunakan untuk penerbangan jarak dekat,
jadi ngga ada wifinya. Dan seorang netizen bukannya menjawab malah mengatai
saya “norak amat lu”.
![]() |
twitter.com |
Apakah saya baper? Tidak,
hehe. Saya tahu netizen yang dewasa dan bijak tidak mungkin sembarangan
mengatai atau menjudge seseorang. Mungkin netizen yang menganggap saya norak
itu belum dewasa dalam berkomentar.
Kejadian kecil ini
membuat saya sedikit merenung akan situasi medsos tanah air. Dewasa ini dunia
maya lebih panas dari dunia nyata. Dulu ketika ingin mencari yang sedang
trending, saya log in ke Twitter, saat ingin tahu yang lagi nge-hits,
saya mampir ke Instagram, dan ketika ingin melihat cebong-kampret beradu bacot,
saya jalan-jalan di Facebook. Sekarang? Hampir di ketiga platform tersebut
isinya perdebatan dan hujatan semua.
Akun-akun yang kiranya
dapat memantik pro-kontra kebanjiran followers. Mulai dari akun gosip
artis hingga gosip politik. Netizen pun banyak yang bersumbu pendek. Gampang
emosi, tersinggung, dan mempermasalahkan suatu hal yang sebenarnya kurang
pantas dibesar-besarkan.
Mengapa kita begitu
gampangnya men-judge seseorang? Sebelum mengata-ngatai seseorang pernah
kah kita berfikir bagaimana perasaan kita seandainya kita yang dikata-katai?
Mengapa kita begitu antusias menjadi sosok yang tidak segan mempermalukan orang
lain? membuatnya terlihat bodoh tanpa rasa bersalah? Tidak lelah kah kita
mencari celah demi celah untuk dijadikan objek bully ketimbang
mengapresiasi?
![]() |
jemarimu harimaumu |
Benar kata sebuah meme
yang pernah saya baca. Entah mengapa istilah baper, kepo, woles, dan lain-lain
seakan menjadi senjata untuk pembenaran ketika menyinggung seseorang. “Baper
amat lu” misalnya, adalah senjata utama bagi kita untuk menyinggung orang
sepuasnya. “Kepo banget sih” juga senjata andalan untuk mematahkan sikap aware
seseorang.
Semenjak ada kata kepo
kita jadi berfikir untuk aware dan care sama orang lain. Takut
dikira kepo! Sejak ada kata baper kita jadi harus ngedumel sendiri ketika
merasa tersinggung karena tak ingin dianggap baper. Memang benar, bahasa itu
mengubah budaya. Hehe. Atau budaya yang mengubah bahasa? Sepertinya
cocok jadi bahan tesis S2 saya nanti,
wkwk, Amiinn ya Robbal ‘Alamin.
Di sini saya tak mau
mengimbau ataupun memberi nasihat, saya hanya ingin curhat tentang keresahan
sore ini. Tentang netizen yang kaya kuota namun krisis hati. Hehe. Semoga kita
tidak termasuk dalam golongan itu. Udah dulu ya, ada santri wati yang mau foto
copy nih, saya layani dulu, #menjemputrizki2019.
Lombok, 23
Januari 2019
17:26 WITA
Komentar
Posting Komentar