Akhirnya, Wisuda....
Rabu, 20 November 2019,
saya resmi menanggalkan status sebagai mahasiswa UGM. Alhamdulillah, jika
dihitung per tanggal yudisium, maka saya menyelesaikan S1 selama 4 tahun 1
bulan. Durasi yang tidak cepat dan tidak juga lambat. Sudah banyak teman-teman
saya yang lulus lebih dahulu, pun juga masih ada teman-teman saya yang tengah
berjuang.
Rasanya baru kemarin diri
ini menjadi maba (mahasiswa baru). mengikuti PPSMB a.k.a orientasi
kampus ala UGM. Tiba-tiba saja waktu telah memaksa untuk KKN, ngambil matkul
sempro (seminar proposal), dan berujung pada kesibukan menggarap skripsi. Alhamdulillah,
Allah mentakdirkan saya paripurna S1 pada bulan November 2019. Menjadi
salah satu dari 1.912 mahasiswa yang diwisuda oleh Bapak Rektor.
Banyak waktu yang telah terlewati.
Ada suka dan duka di dalamnya. Ada banyak cerita juga yang tercipta. Bahkan ada
kenangan yang rasanya sulit dilupa. Selalu menggoda diri ini untuk nostalgia
karena ternyata mengingat-ingat beberapa peristiwa mampu membuat saya tertawa.
Wisuda sejatinya adalah
momen bahagia untuk orang tua dan keluarga kami. Hal itu bisa terlihat dari
antusiasme mereka menghadiri acara yang sebenarnya tak penting-penting amat.
Jangan suudzon dulu! Maksud saya, seandainya kamu ngga mengikuti wisuda
pun kamu ngga bakal ngulang skripsi atau ijazahmu ditahan oleh kampus. Saya
yakin segeilintir mahasiswa pasti ada yang berpikir seperti ini. Tapi tidak
dengan orang tua dan keluarga kita. Setidaknya kita pun ikut bahagia karena
melalui momen wisuda lah rasa bahagia dan bangga bisa kita persembahkan untuk
mereka yang telah berkeringat atas pencapaian kita selama ini.
Terima kasih untuk orang
tua saya, atas segala hal yang telah diberikan selama saya belajar di UGM.
Mulai dari uang UKT, kebutuhan kuliah, bayar kos, hingga uang jajan.
Mudah-mudahan kami tak hanya bisa membuat kalian bahagia di momen wisuda tapi
juga di momen-momen yang lain.
Terima kasih untuk UGM
dan seluruh civitas akademikanya yang ramah dan membuat betah. Dosen yang baik,
SKK a.k.a satpam yang ramah, mas-mas fotocopy-an yang jasanya tak
terkira, hingga barisan penjual makanan di kantin yang selalu jadi pahlawan di
kala perut keroncongan. Terima kasih, semoga sehat selalu!
Terima kasih untuk
kawan-kawanku, KAGABUTA (Sastra Arab angkatan 2015), yang sudah menjadi
keluarga selama 4 tahun terakhir. Latar belakang kalian yang beragam, karakter
kalian yang tak seragam, hingga aliran kalian yang bermacam-macam telah
mewarnai hari-hariku selama ini. Semoga sukses selalu menyertai setiap langkah
kita ke depan.
Terima kasih Jogja, untuk
suasana menyenangkan, keramahan, kesederhanaan, dan cara pandang baru yang
telah kau berikan. Benar kata seorang sastrawan, “Jogja itu adalah tanah rantau
yang kalau kamu tidak waspada, bisa-bisa lupa kampung halaman.” Lombok tetap
jadi kampung halaman pertama tapi Jogja akan selalu istimewa.
Terakhir, terima kasih
untuk diriku sendiri! Kamu pantas bersyukur dan berbahagia dengan pencapaianmu
di penghujung 2019 ini. Kamu sudah mencurahkan energi, waktu, pikiran, bahkan
do’a demi tuntasnya skripsi sebagai tugas paripurna seorang mahasiswa S-1. Jauh
ke belakang, kamu telah menjalani waktu yang cukup banyak sebagai seorang
mahasiswa.
Memang beberapa kali kamu
memainkan peran sebagai mahasiswa yang kurang disiplin, tapi tak apa, ngga seru
rasanya kalau jadi mahasiswa teladan terus. Setidaknya ada cerita yang tidak
baik agar kamu tetap selalu ingat bahwa manusia itu penuh dengan kesalahan.
Mudah-mudahan kamu tidak jadi pribadi yang angkuh dan merasa paling bisa.
Terima kasih semuanya.
Salam hangat!
Izzuddin
Komentar
Posting Komentar